Prostitute, how should I react to them..
Fenomena jual beli tubuh sebenernya udah terjadi sejak lamaaaaa sekali, entah kapan mulainya, ada saja kemungkinan perdagangan tubuh ini sudah terjadi sebelum mata uang sebagai pengganti sistem barter ditemukan.
Pernah kemaren gw jalan2 sama temen, ke Geylang sana, ngeliatin cewek2 yang memilih untuk menjajakan tubuh.. (atau ga sengaja ya? ato terpaksa?), seriously gw amaze ama apa yang gw liat, selama ini yang gw tau, prostitute cantik2 itu cuma ada di pelem2. Cantik putih mulus seksi, gw pikir itu cuma karena dia artis aja, ato sekedar menambah nilai positif dari peran pelacurnya itu sendiri, jadi walaupun dia terkesan murah dan menjual diri sendiri hanya dengan 5-6 digit mata uang rupiah, atau sekedar 2-3 digit dolar, tapi paling tidak sebenernya dia cantik or whatever. Ahh.. nggak nggak, ternyata di dunia nyatapun cewek2 itu, yang menjajakan tubuhnya itu, cantik2 dan mulus2, gw yang cewek juga seneng ngeliatnya hehehe.. :p
Tidak hanya gw yang amaze sama kelebihan dari Allah yang mereka punya, tapi temen2 gw cewek lain juga, lahh kalo cowok mah kagak usah ditanya lagi lahyaa.. :p . Beberapa teman cewek ada yang ketakutan berada di lokalisasi itu, ada yang miris, ada yang seneng2 aja kayak gw. But still, ada satu pertanyaan temen gw yang sampai sekrang STUCK di kepala gw :
"Kalo ngeliat mereka, lo kasian ato gimana?"
Jawaban gw saat itu :
"Nggak, menurut gw itu mereka yang mau, gw rasa sesulit apa pun keadaan yang Allah kasih, kita masih bisa pilih pekerjaan lain, mungkin duitnya gak segede kalo ngelacur, tapi kan masih bisa... "
Tapiii.... gw sendiri pun ragu dengan jawaban gw sendiri...
Beberapa waktu lalu, gw juga baca sebuah artikel tentang Korean prostitute yang diperuntukkan American Troops, di Korea *humm.. sejarah gw jelek, emang Amrik pernah perang2 di Korea ya? anywaayy..*. Disitu gw baca, mereka dijadikan seperti komoditi. Jadi kayak barang, yang penting yang makenya seneng dan selamat, kalo barangnya rusak gak dipake, dibenerin dulu di bengkel baru deh dipake lagi. Eitss.. gw gak berlebihan, analogi barang itu bener2 yang terjadi buat mereka. Disaat mereka sakit, mereka bakal di-forced to get well soon, bakal di tempatkan barak tertentu sampai sembuh, diharapkan cepat, biar bisa dipake lagi. Kalo gak sembuh2, pokoknya harus sembuh, harus bersih, biar bisa dipake, namanya juga MAKSA. Perasaan di pelacur gak digubris lagi, tidurin sampai puas aja, ganti sini ganti sana. Errrghh.. kali ini gw miris baca artikel prostitute ini. Satu kutipan dari artikel yang gw masih inget : "Di saat perang itu, saya rasa kami adalah korban yang paling dirugikan, dibanding yang lain."
Artikel lain tentang jual beli tubuh dari Nytimes. Asia dengan prostitutenya dijadikan sebagai komoditi pariwisata, mungkin udah sering denger, baik secara legal ataupun tidak. *Mau di larang gimana juga, prostitute bakal selalu ada!* . Ternyata di KENYA, kejadiannya tidak terlalu jauh berbeda, parahnya di artikel itu diceritakan tentang CHILD SEX. Having sex with a child?? Ohh C'mon guys, What are you thinking??!!! Prostitutenya gak main2, para pekerjanya berumur sekitar 10 thun. Arghhh.... What can they feel about sex? Berhubungan sex sebelum umur 20 tahun aja, bisa menambah kemungkinan si cewek dapet kanker rahim, apa lagi 10 tahun?? Bisa robek rahim mereka!!!! Anak 10 tahun, bisa apa saat mereka di tidurin, 10 tahun? I bet they haven't ever watched porn, how could they know what they're doing. Arghh.. tapi masih ada saja yang mau beli. Otaknya bukan di dengkul lagi ya? di jempol kaki kali ya...!!!!
Nah kali ini, setelah gw baca artikel terakhir, reaksi gw MARAH.
Banyak banget reaksi tentang masalah ini, prostitute, bahkan dari satu otak pun.
Kalimat seperti : " But.. Still... They are prostitute!" Rasanya agak2 janggal di otak dan hati gw.
Kalo kita pake kalimat itu sebagai jawaban, prostitutenya bisa jawab balik donk : "But still... we are human being!!". huhuhu.. gak kelar2lah..
Mungkin kita memang harus melihat dari berbagai sisi bagaimana dia bisa sampai menjual diri.
Gak bisa dipungkiri, sebenernya ada kenikmatan tersendiri untuk melakukan hubungan sex, disaat seseorang bisa melakukan hubungan itu kapan saja dan dapat uang, sah2 saja kalo mereka memilih pelacur sebagai pekerjaan, baik full-time atau half-time. Untuk hal ini, gw memilih untuk melihat mereka dan pekerjaannya yang maaf ya, entah kalian simpan dimana norma2 itu? Well, itu kalo gw berdiri di kaki gw, tapi disaat gw berdiri di kaki mereka? Sama aja kayak seorang pembalap, yang hobinya ngebalap, mereka seneng waktu bisa balap2an, akhirnya menjadikan membalap itu sebagai perkerjaan. Mereka senang dan nikmat saat membalap, dapet duit lagi. Sama kan?? Jadii.. mungkin gw ambil reaksi, cool with them, it's just the path that you choose. And for this kind of situation, gw rasa tidak ada yang perlu diselamatkan atau diingatkan. Biarkan saja. Menilai ? ya silahkan saja. Cuma kalo ternyata memilih pelacur sebagai pekerjaan, kalo gw saran sih, siap2 deh ama kerjaan lain, soalnya pekerjaan ini hanya bisa bertahaan sebentar, gak lama, paling sekitar 10 tahun aja, itu juga kalo pelacurnya bisa jaga badan biar tetep seksiong..
Tapi ada kasus yang terpaksa. Dimana mereka miskin, butuh uang sekedar untuk makan, atau sekolah, mau gak mau *sebenernya sih bisa untuk gak mau yaa.. * mereka harus menjual diri dan melacur. Bayangin orang yang baru aja tertimpa musibah, duitnya ludes, dan butuh makan, tapi ogah mulung di tempat pembuangan sampah, atau ngamen di pinggir jalan. Alhasil pilih kerjaan penghasil uang cepat, LACUR. Orang2 kalo tertimpa musibah, emang kadang2 kalo mikir suka pilih cepet aja. Tapi menurut gw jalan itu sama sekali gak heroik, melacur untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengorbanannya terlalu besar, dan tidak heroik sama sekali. Gw yakin Allah gak pernah ngasih satu jalan aja buat suatu masalah. We can still choose another path.
Terpaksa, karena diculik dan segala macem. Kalo yang ini reaksi gw sedih. No more words. Ah.. If I can do something, I wanna do something, but what??!!
Pelacur itu gak selamamanya korban.
Pelacur juga gak selamanya harus dikasihani.
Pelacur gak harus juga didewakan.
Pelacur juga gak selamanya harus dipandang sinis.
Pelacur juga.. yahh masih manusia..
Masih banyak yang mungkin kita harus tau dibalik pelacur, sebelum bereaksi..
Ahh.. sebenernya kata pelacur pun berkonotasi negatif..
menurut gue, ga segampang itu menggeneralisi pelacur.. ada yg namanya prostitute, forced sex slave, etc.
ReplyDeleteyah intinya ga semuanya melacur krn motif ekonomi atau keterpaksaan.. ada jg yg high-class bwt jetsetters, bayarannya mgkn bisa 4-5 digit sekali pakai.. ada yg emang hobinya melacur, walaupun ga butuh duit, tp krn 'gemar' dan 'butuh'..
yg jelas dr jaman pra sejarah yg namanya profesi pelacur itu udah ada, tp apakah ga mgkn dihilangkan dr muka bumi? coba lihat Norway, yg mulai 1 jan kmrn memban pelacuran bwt penduduknya, di dalam dan di luar negri.. selain itu kan pelacuran di negara2 arab jg dilarang, tapiiii.. di saudi, menikah dg anak umur 8 tahun, halal!
references:
http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/7806760.stm
http://edition.cnn.com/2009/WORLD/meast/01/17/saudi.child.marriage/
btw, kalo ini termasuk prostitusi jg ga?
ReplyDeletehttp://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/northamerica/usa/4222155/Student-auctions-off-virginity-for-offers-of-more-than-2.5-million.html
personally i won't even pay any dime for sex, $3 mill is out of question
Prostitution will co-exist with human civilization, Maslow was wrong with his Hierarchy of Needs.
ReplyDelete"Sex" should be in a line circling his Pyramid of Needs. It means that in whatever stage a human is, her/his most primal instinct of sex prevails.
As long as human roam the face of the earth, and so will prostitution (not prostitute, it is a common "profession" term, it indicate voluntary submission as Fakhrur imply on the comment above).
Sooo...people can praise, make an industry out of it, curse or even condemn, it will still be there just around the corner of every so-called-civilization.
personal note: your blog has become waaaay too "heavy" these days
ya yang mereka tahu memang cuma menyambung nyawa sih... tapi yang gue sayangkan kalo mereka sudah 'butuh'... kan ada ya cara halal melakukan itu dengan satu orang saja seumur hidup loe... hmmm, udah ah jadi sedih, btw gue mau posting tentang ini udah lama banget, bukan tentang prostitusi aja sih, tapi tentang kisah nyata perempuan Indonesia... bulan depan diputar di Berlinale Film Festival di Jerman sono no... semoga aja masyarakat dunia jadi membuka matanya ya... (buka mata apa? hmmm... ga tau jg si) tapi yg pasti perempuan jauh lebih berharga dari sekedar candu lacur... toh?
ReplyDeletehaluu..salam kenal, ngeliat blog kamu lewat melur. pembahasan tentang perempuan emang gak ada abisnya. apa karna kita perempuan?? hehe.
ReplyDeletepernah denger istilah, 'apa lacur?'
yang artinya apa boleh buat, yang artinya udah terlanjur dan gak bisa ditarik kembali.
hm..kayaknya emang udah negatif banget ya profesi itu. seolah-olah ga ada pilihan lain buat hidup. padahal kan engga.
mungkin kita makanya harus selalu bersyukur masih bisa memilih dan bertahan di hidup kita yang sekarang Insya Allah 'lurus' ini.
Are we?
Baca tulisan kak Ien ini bikin andam inget sama Dollynya Surabaya, mungkin bisa disamakan dengan Geylang yang kakak sebutin tadi.
ReplyDeleteUhh.. Kapan sih 'bisnis' semacam ini bisa dienyahkan seenyah-enyahnya??
Btw, apa kabar? ^^
aduh.... cakep2 ien??
ReplyDeletekok kemaren gw gak ke Geylang y....
*hehehehe,,.,,, becanda ah...*